Om Swastiastu Rahajeng Mapanggih Ring Bali Knowledge

Rabu, 06 Juni 2012

CERPEN

MAWAR

“Mai, cepat dong ! Km itu kok lambat banget sich? Ayo….Mai harus semangat!”
“Aduh….aku capek banget Mel!” “Ah…km selalu saja begitu…..!” dan Meli pun terus menarik-narik tanganku, padahal aku sudah capek banget.
“Mel istirahat dulu yuk….?”
“Iya Mel kasian tu si Mai, lagian kita masih punya banyak waktu kan untuk sampai di parkir?”
“Okay….kita istirahat disini, tapi jangan lama-lama”.
“Beres….beres ….km memang sahabat terbaikku Mel….!” Aku pun memujinya sambari tertawa. Langit tampak mendung, tapi mudah-mudahan tidak turun hujan, angin dingin pun sudah terasa.
           
C
lean up lokasi kemping kami, telah kami lakukan dengan tergesa-gesa. Semua barang-barang tidak ada yang kami tinggalkan. Setelah kami menyelasaikan semuanya, kami bertiga aku, Meli, dan Ratna segera turun dari Puncak. Liburan yang lalu, aku bersama sahabat-sahabatku Meli dan Ratna hanya menghabiskan waktu hanya dengan mengadakan kegiatan yang tidak membawakan untung banyak bagi kami karena kami hanya dirumah saja. Namun untuk kali ini kami mengisi liburan dengan mengadakan kemah di Puncak. Walaupun cuaca kelihatan tidak bersahabat, tapi kami tidak mempermasalahkannya. Kami pergi untuk melepaskan semua keluh kesah selama berada di bangku kelas dua.
“Mai….km jadi ikut kan?” tanya Meli di suatu pagi.
“Iya Mai…? Supaya kita agak rame! Kan tidak adil jika km tidak ikut, walaupun kita Cuma bertiga, kita pasti bisa bersenang-senang”. Sambung Ratna.
“Tenang saja selama uang saku ku cukup untuk dipakai beli makanan aku pasti ikut” jawabku sambil tertawa.
            Ratna dan Meli pun tertawa geli dan kami segera beranjak dari duduk dan menuju ke salah satu warung yang sudah menjadi langganan kami jika kumpul-kumpul. Meli dan Ratna adalah sahabat karibku, kami berteman sejak awal aku sekolah di SMA hingga sekarang kami duduk di bangku kelas tiga, kami masih sama-sama. Kami bertiga suka berbagi canda, tawa, suka maupun duka. Terkadang pula kami hanya diem saja karena tidak ada suatu yang menarik untuk kami bahas kadang kami tertawa tidak karuan.
            Aku inget sekali bagaimana awal pertemuanku dengan mereka. Saat itu awal MOS, waktu itu sekolah kami sedang diadakan pengenalan materi Wiyata Mandala. Kami bertiga berada di dalam satu gugus yaitu PASCAL. Meli duduk dibelakangku dia berdampingan dengan Ratna, pertamanya kami hanya diam-diam saja mendengarkan penjelasan guru pembina. Entah iseng, mereka berdua memberikan aku kertas yang berisi sedikit kalimat.
“hai cewek? Kayaknya km serius banget? Terlalu tegang tau ?”
“Iya nich….! Aku takut sama gurunya, kita kan siswa baru!”
“O…begitu….tapi sekali-kali menoleh ke belakang dong! Tak apa kali……!”
“Ach….nanti aja kalau suadah istirahat kita ngobrolnya”.
“E….ngomong-ngomong guru yang ngasi materi itu lucu yaw…….”.
“Ngaco km………..!”
“Pasti guru itu takut sama km habisnya sich km tak senyum-senyum! Hehehe”
Aku seperti orang gila bila mengingat pertemuanku dengan mereka. Mereka adalah teman-teman terbaikku. Mereka selalu tahu jika aku lagi ada masalah dan mereka pun selama selalu siap untuk menghabiskan waktunya hanya untuk menghibur aku. Persahabatan kami sangat erat dan sampai saat ini mereka selalu menanyakan tentang asal-usul namaku. “mengapa namamu bunga itu? dan km juga suka banget bahwa buna itu bahkan sering lagi, entar anak-anak cowok ngira bahwa kamu sudah ada yang nembak dan akhirnya mereka gak da yang nyari km”.
Aku hanya tertawa mendengar ocehan mereka berdua sambil menikmati suasana perjalanan ke Puncak. Aku ambil satu bunga mawar yang ada di dalam tas dan menciumnya. Meli dan Ratna malah tertawa melihatku.
Jam 11.00 wib kami bertiga tiba di parkiran dan kami langsung menuju lokasi tempat kami mendirikan benda. Sesampinya di tempat tujuan, aku dan Ratna langsung membersihkan lokasi sedang Meli sibuk membuka persiapan. Semuanya kami tata dengan cepat.
Wangi mie instan sudah kucium, sepertinya Meli sudah mulai memasak. Sedangkan aku dan Ratna merapikan barang di dalam tenda, aku keluar dan melihat kesekelilingnya. Udara sedikit   dingin dan sejuk angin yang bertiup sepoi-sepoi. Tepat pukul 13.00 wib, waktunya kami menikmati masakan dan makan siang. Kami bertiga duduk di depan tenda. Selesai makan, kami menyiapkan kayu bakar yang akan kami gunakan untuk api unggun di malam nanti. Tidak sengaja aku melihat sekelompok anak yang nampaknya mereka juga akan melakukan kemah. Mereka kelihatan masih jauh dari tenda, aku hanya terdiam dan melanjutkan dengan cepat. Kemudian kami beristirahat karena semuanya telah kami selesaikan.
Aku, Ratna dan Meli duduk dan melihat-lihat langit yang tampak biru. Sejak dari tadi aku merasa ada yang memperhatikanku. Aku mencoba menoleh ke sekeliling dan aku dapati seorang cowok yang begitu aku kenal dengan sekelompok anak yang akan melewati tenda kami. Detak jantungku seolah berhenti, itu Aris anak cowok yang sempat menyakitiku dulu waktu aku duduk di bangku kelas satu.
Melihat kejadian yang tak terduga itu Meli dan Ratna mencoba untuk mengalihkan pikiranku, mereka menarikku dan memindahkan aku dari tempat duduk.
“Hai Mai…lihat itu, di sana kelihatannya ad ataman bunga mawar pasti indah. Ya gak Rat….!”
“Iya Mai….akhirnya km bisa melihat bunga itu disini, ternyata bunga itu setia yaw….? Kemana saja km pergi pasti da bunga itu gak di tas tapi dsini juga”.
            Mereka berdua mencoba untuk mengalihkan semuanya dan menghiburku. Pukul 15.00 wib kami ke tenda dan tidur di dalam tetapi aku sama sekali tidak bisa memejamkan mata ini. Tak lama kemudian dengan segera aku keluar dari tenda. Tidak aku kira, Meli terbangun dan bertanya padaku “Mai..km mau kemana? Istirahat dulu!”.
“O…aku keluar sebentar lihat-lihat pemandangan aku gerah di dalam”.
“Tapi jangan jauh-jauh yaw…!”.
“Iya..ya…paling sampai di depan sana. Santai saja, km istirahat dah!”
“Okay dech…..”.
            Dan aku pun segera melangkah menyusuri jalan yang lurus namun banyak rumput-rumput. Sekian menit aku berjalan aku tidak menemukan taman bunga yang tadi aku lihat tadi bersama temen-temen itu. Dalam benakku,”ternyata taman itu tidak sedekat yang aku perkirakan. Lumayan jauh juga”. Tiba-tiba wangi mawar sudah aku cium dan aku pun berkata,”wangi mawar…..berarti taman itu dekat-dekat sini yang aku pun mempercepat langkah. Sepanjang perjalanan itu aku hanya genggam satu mawar yang sudah agak layu yang aku bawa dari rumah.
            Selang beberapa menit aku memasuki taman mawar itu, baunya menyebar kemana-mana. Pikiranku melayang, dalam hati berkata,”ibu, sekarang aku sudah berada ditengah taman mawarmu”.
Mawar itulah namaku. Aku tidak mengerti mengaa ibuku menamai aku Mawar Intan Purwati. Mungkinkah karena ibuku suka dengan bunga mawar atu pertemuannya degan ayahku disebuah taman bunga mawar?. Ibuku sering menceritakan tentang bunga mawar, mawar-mawar dikebunku banyak sekali. Tapi aku tidak pernah menanyakan mengapa namaku Mawar. Hingga akhirnya ibuku meninggalkan aku untuk selamanya.
            Sejak ayahku meninggalkan kami, ibu selalu berpesan padaku. Dan dia berharap aku menjadi anak yang baik, dia juga selalu menyuruhku agar aku bisa seperti mawar-mawarnya yang indah menghiasi dan harum mewangi. Sebelum kematiannya dia sempat mengurus kebun bunganya itu bersama tanteku. Kebetulan mereka berdua suka dengan mawar. Tanteku jaga punya kebun mawar yang luas dirumahnya. Mereka berdua hanya ngomongin bunga kesayangannya itu, sebelum kepergiannay ibuku juga sempat menitipkan kebun mawarnya itu sama tanteku, dia minta supaya tanteku mengurusnya.
            Waktu itu aku berpikir dan sejenak terkejut mendengar kata-kata yang dilontarkan leh ibuku. Dalam benakku,”Apa maksudnya dan apa yang sebenarnya terjadi dengan ibu?”. Akhirnya selang beberapa menit ibuku terjatuh pingsan dan kematian menjemputnya. Aku tidak percaya ternyat ibku menyembunyikan penyakitnya padaku. Setelah kepergian ibuku, aku diurus oleh tanteku hingga aku sast ini. Tanteku ibuk tetapi dia selalu meluangkan waktunya untuk aku dan kebun mawar ibuku. Dan aku pun akhirnya tenggelam dalam duniaku dan semakin dekat dengan mawar, ngurusin tanaman mawar yang ada dikebun tante dan kebun ibuku.
            Dulu sepat ada laki-laki yang menjanjikan aku kebahagiaan dan berjanji akan selalu menghibur aku, tapi semuanya telah sirnah tidak ada yang bisa ditepatinya. Hatiku waktu itu bertambah kosong dan hampa. Dan mulai sejak itu aku mencoba untuk bangun dan mulai hidup baru. Aku pun mencoba untuk sering keluar rumah dengan sahabat-sahabatku Meli dan Ratna. Kami lebih banyak dan bahkan memutuskan untuk pergi dan lebih dekat dengan alam. Aku tak tau entah apa yang aku cari dan apa yng akan aku dapatkan dari kedekatan dengan alam itu. Rasanya aku merindukan Ayah dan Ibu, ingin rasanya aku berteriak!
“Ayaaaaaahhhhhhhhhhhh……….Ibuuuuuuu…………………!!!!!!”.
            Meli dan Ratna tampak kebingungan, hari sudah semakin sore, matahari pun sudah tampak di ufuk barat, tetapi aku pun belum kunjung kembali ke lokasi kemah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar